Tuesday, December 16, 2008

Premium dan Solar Turun, Tarif Angkutan gak Ikutan???

Setelah pemerintah menurunkan harga premium yang semula Rp.6000/liter menjadi Rp.5500/liter pada 1 Desember 2008, kini pemerintah kembali menurunkan harga BBM jenis premium menjadi Rp.5000/liter, selain itu, bahan bakar mesin diesel juga ikut terkoreksi menjadi Rp.4800/liter.

lantas bagaimana cara kita harus mensikapi penurunan harga BBM jenis premium dan solar ini? bersyukur? tentu kita harus bersyukur karena dengan turunnya harga BBM ini mudah-mudahan saja diikuti dengan penurunan harga kebutuhan-kebutuhan pokok lainnya, seperti kebutuhan akan sembako, dan ongkos transportasi, karena selaku masyarakat modern, berpindah dari suatu tempat ke tempat lain dengan rentang waktu yang singkat sudah menjadi suatu kebutuhan. salah satu caranya dengan menggunakan kendaraan, baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.


Dampak penurunan harga BBM jenis premium dan solar dapat langsung dirasakan oleh pengguna kendaraan pribadi, karena biaya transportasi sehari-hari menjadi lebih ringan. termasuk gw, yang sehari-hari menggunakan sepeda motor, walaupun harga nasi belum ikutan turun, lumayanlah.

lalu bagaimana dampak penurunan harga BBM jenis premium dan solar ini terhadap pengguna kendaraan umum, seperti angkot, bus kota, bus AKDP, dan bus AKAP? ternyata mereka belum bisa secara langsung menikmati penurunan harga minyak ini, yang nota bene angkutan yang mereka gunakan minum premium dan sebagian besar minum solar untuk bergerak yang harganya sudah turun. TANYA KENAPA? karena ternyata tarif angkutan yang biasa mereka gunakan tidak mengalami penurunan. Alasan dari ORGANDA (organisasi pengusaha angkutan darat), karena bahan bakar hanya menempati 30% dari biaya operasional angkutan, sisanya... ada biaya perawatan, dan lain-lain termasuk biaya siluman sampai 100%. Investasi dari suatu kendaraan juga membebani bioaya operasional. misalnya saja, satu buah bus eksekutif, harganya bisa lebih dari 1m, angkot bisa lebih dari 100 jt. selain itu, menurut organda juga, harga spare parts kendaraan harganya sudah naik 120% dari semula, wah lebih dari 2X lipat neh, kalau misalnya tarif angkutan diturunkan, efeknya pengusaha angkutan bisa rugi bahkan bangkrut. Coba kita lihat jika misalnya satu perusahaan otobus saja bangkrut, maka selanjutnya ada berapa orang yang akan kehilangan pekerjaan, mulai dari sopir, kernet, mekanik, ko-mekanik, agen penjual karcis, tukang cuci bus, pekerja pool, dll.

sepertinya disini pemerintah harus memikirkan suatu cara agar subsidi BBM ini tidak hanya dinikmati pengguna kendaraan pribadi, yang nota bene adalah masyarakat ekonomi menengah ke atas, lalu bagaimana caranya? salah satunya bisa dengan menurunkan tarif angkutan itu tadi. namun bagaimana dengan pengusaha angkutan? setelah mewawancarai seorang pengusaha (identitas responden dirahasiakan atas keinginan responden) yang bergerak di bidang transportasi publik (angkot). salah satu cara yang mungkin bisa ditempuh pemerintah dalam menurunkan tarif angkutan ini adalah dengan mengurangi biaya operasional pengusaha angkutan, caranya misalnya dengan mengalihkan subsidi untuk membayar sebagian pajak kendaraan, khususnya kendaraan plat nomor kuning, membebaskan atau meringankan biaya uji berkala kendaraan, atau meringankan biaya pengurusan trayek (izin bongkar muat untuk kendaraan barang) dan izin usaha. Jadi imbasnya dengan pengurangan biaya-biaya operasional di atas tadi, dimungkinkan berimbas kepada turunnya tarif angkutan, sehingga subsidi dari pemerintah yang seharusnya untuk rakyat kecil, tidak salah sasaran dan dapat dinikmati oleh rakyat. Subsidi kan diambilnya dari uang rakyat juga.
facebook.com/wirzz

No comments:

Post a Comment